Palangka Raya – Doni Miseri Cordias Domini, peraih gelar 1st Runner-Up Putra Kebudayaan Nusantara 2024 sekaligus kader Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Kalimantan Tengah, angkat bicara terkait penolakan pembangunan rumah ibadah di Kubu Raya, Kalimantan Barat.

Dalam pernyataannya, Doni menyayangkan adanya penolakan terhadap pembangunan gereja yang menurutnya bukan sekadar soal perizinan teknis, melainkan ujian atas komitmen bangsa terhadap nilai-nilai Pancasila.

“Saya dan kita semua tidak bisa berdiam diri menyaksikan gelombang penolakan terhadap pembangunan gereja di Kubu Raya. Ini bukan hanya tentang IMB, ini tentang wajah Indonesia yang sesungguhnya—berbhinneka, tapi tetap satu,” tegas Doni, Jumat (19/7/2025).

Doni menyoroti bahwa Kubu Raya mencerminkan keberagaman Indonesia secara nyata. Masyarakat dari berbagai suku seperti Melayu, Dayak, Jawa, Tionghoa, hingga Madura telah hidup berdampingan selama puluhan tahun. Keragaman itu, menurutnya, juga tercermin dari keberadaan rumah ibadah berbagai agama yang berdiri harmonis di wilayah tersebut.

“Jika hari ini kita membiarkan satu rumah ibadah ditolak tanpa dasar konstitusional yang jelas, maka esok bisa saja tempat ibadah agama lain mengalami hal yang sama. Ini bukan hanya soal satu komunitas, tapi tentang keselamatan prinsip berbangsa,” katanya.

Lebih lanjut, Doni mengingatkan kembali pesan Presiden pertama RI, Ir. Soekarno, bahwa Indonesia adalah milik semua golongan tanpa terkecuali. Ia mendorong pemerintah daerah dan seluruh pihak terkait untuk menyelesaikan persoalan ini secara adil dan transparan.

“Jika ada pelanggaran administratif, carikan solusinya. Jangan dijadikan dalih untuk melakukan pelarangan. Bedakan persoalan teknis dengan sentimen keagamaan. Jangan kita kalah oleh provokasi,” ujarnya.

Dalam pesannya, Doni juga mengajak generasi muda menjadi penjaga nilai toleransi dan pelopor perdamaian, sembari mengingat bagaimana para penyebar agama di masa lalu, baik Walisongo maupun misionaris, menggunakan pendekatan budaya dan kearifan lokal dalam menyebarkan ajaran.

“Sebagai generasi muda, kita punya tanggung jawab moral untuk menjaga persatuan. Kita bisa berbeda keyakinan, tapi jangan pernah berbeda dalam nilai-nilai kemanusiaan. Kalimantan Barat harus jadi contoh Indonesia yang damai dan inklusif,” tutupnya.

Pernyataan Doni ini muncul di tengah meningkatnya perhatian publik terhadap isu intoleransi yang mencederai semangat hidup bersama dalam keberagaman. Ia berharap pemerintah daerah, tokoh masyarakat, dan pemuda setempat bahu-membahu menjaga kedamaian dan semangat kebhinnekaan.